Waspada
Terhadap Penyakit Virus Kuning Cabai
Geminivirus termasuk
kelompok virus tanaman penyerang cabai. Penyakit ini tidak ditularkan melalui
biji, tetapi dapat menular melalui penyambungan dan serangga vector kutu kebul
(Bemisia tabaci). Kutu kebul yang berukuran 1–1,5 mm dan berwarna putih dengan
sayap ditutupi lilin bertepung, dapat menularkan geminivirus secara persisten
yaitu sekali makan pada tanaman sakit dapat menularkan virus selama
hidupnya.
Tanaman sakit daunnya
mengalami “vein clearing” dimulai dari daun pucuk, berkembang menjadi kuning
terang, tulang daun menebal dan daun menggulung ke atas (cupping). Infeksi
lanjut menyebabkan daun-daun mengecil dan berwarna kuning terang, tanaman
kerdil dan tidak berbuah. Namun di lapangan tidak semua tanaman cabai
menunjukkan warna kuning terang, tergantung jenis varietas, ketinggian tempat
dan lingkungan.
Teknologi pengendalian
penyakit virus kuning/virus gemini yang sampai dengan saat ini dikuasai dan
diyakini mampu menekan/mengelola serangan adalah dengan memadukan berbagai cara
pengendalian secara terintegrasi dalam satu kesatuan program.
Beberapa cara
pengendalian tersebut dirancang dan diterapkan sejak dalam perencanaan
persemaian. Beberapa cara pengendalian yang dianggap efektif tersebut adalah:
Pertama, penggunaan benih yang sehat dan pembuatan persemaian yang
baik sehingga tanaman mampu tumbuh dan berkembang secara lebih baik dan secara
fisiologis mempunyai ketahanan yang lebih baik terhadap gangguan OPT.
Kedua, pemanfaatan kelambu untuk menutup persemaian (pengerondongan
persemaian). Kelambu terbuat dari kain sifon yang dipasang dengan baik dan rapi
sehingga tidak dapat ditembus dan dimasuki oleh vektor kutu kebul (Bemisia
tabaci). Hal ini dimaksudkan untuk menghindari penularan virus sejak dini.
Ketiga, penyiapan lahan tanam dengan baik.
Keempat, penanaman tanaman pagar (penghalang) di sekeliling petak
pertanaman cabai, untuk menghambat infestasi serangga vektor (yang berarti
menghindari penularan virus). Terdapat beberapa jenis tanaman pagar yang dapat
digunakan antara lain tanaman jagung dan orok–orok. Tanaman pagar jagung
ditanam sebanyak 6 baris kurang lebih 2–3 minggu sebelum tanam cabai dengan
jarak tanam yang rapat 15–20 cm. Apabila tanaman jagung yang digunakan,
dilakukan beberapa baris tanam dengan selang waktu tanam satu minggu.
Kelima, sanitasi
lingkungan berupa pembersihan dan pemusnahan tanaman inang dan tanaman yang
telah menunjukkan gejala serangan.
Keenam, pemasangan
likat kuning (perangkap serangga berwarna kuning yang sudah diberi perekat).
Likat kuning dipasang di areal pertanaman dengan tiang pancang setinggi + 50 cm
(sedikit di atas tajuk tanaman) sebanyak 40 buah/hektar.
Ketujuh, pemanfaatan
PGPR (Plant Growth Promoting Rhyzobacteria) yaitu merendam benih yang akan disemai
dengan larutan PGPR selama 6–12 jam dengan konsentrasi larutan 20 ml/liter air.
Pemanfaatan PGPR dapat juga dilakukan dengan cara dilakukan penyiraman larutan
PGPR setiap satu minggu sekali.
Kedelapan, apabila
dimungkinkan dapat disemprotkan larutan cairan daun bayam duri atau daun bunga
pagoda atau daun nimba untuk menginduksi ketahanan tanaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar