Hadi sabang Blogspot.com

Selamat Datang

Selasa, 12 Juni 2012

Penyakit Virus kuning pada cabe


Waspada Terhadap Penyakit Virus Kuning Cabai
   Geminivirus termasuk kelompok virus tanaman penyerang cabai. Penyakit ini tidak ditularkan melalui biji, tetapi dapat menular melalui penyambungan dan serangga vector kutu kebul (Bemisia tabaci). Kutu kebul yang berukuran 1–1,5 mm dan berwarna putih dengan sayap ditutupi lilin bertepung, dapat menularkan geminivirus secara persisten yaitu sekali makan pada tanaman sakit dapat menularkan virus selama hidupnya. 
   Tanaman sakit daunnya mengalami “vein clearing” dimulai dari daun pucuk, berkembang menjadi kuning terang, tulang daun menebal dan daun menggulung ke atas (cupping). Infeksi lanjut menyebabkan daun-daun mengecil dan berwarna kuning terang, tanaman kerdil dan tidak berbuah. Namun di lapangan tidak semua tanaman cabai menunjukkan warna kuning terang, tergantung jenis varietas, ketinggian tempat dan lingkungan.
  Teknologi pengendalian penyakit virus kuning/virus gemini yang sampai dengan saat ini dikuasai dan diyakini mampu menekan/mengelola serangan adalah dengan memadukan berbagai cara pengendalian secara terintegrasi dalam satu kesatuan program.
   Beberapa cara pengendalian tersebut dirancang dan diterapkan sejak dalam perencanaan persemaian. Beberapa cara pengendalian yang dianggap efektif tersebut adalah:
 Pertama, penggunaan benih yang sehat dan pembuatan persemaian yang baik sehingga tanaman mampu tumbuh dan berkembang secara lebih baik dan secara fisiologis mempunyai ketahanan yang lebih baik terhadap gangguan OPT.
 Kedua, pemanfaatan kelambu untuk menutup persemaian (pengerondongan persemaian). Kelambu terbuat dari kain sifon yang dipasang dengan baik dan rapi sehingga tidak dapat ditembus dan dimasuki oleh vektor kutu kebul (Bemisia tabaci). Hal ini dimaksudkan untuk menghindari penularan virus sejak dini.
 Ketiga, penyiapan lahan tanam dengan baik.
 Keempat, penanaman tanaman pagar (penghalang) di sekeliling petak pertanaman cabai, untuk menghambat infestasi serangga vektor (yang berarti menghindari penularan virus). Terdapat beberapa jenis tanaman pagar yang dapat digunakan antara lain tanaman jagung dan orok–orok. Tanaman pagar jagung ditanam sebanyak 6 baris kurang lebih 2–3 minggu sebelum tanam cabai dengan jarak tanam yang rapat 15–20 cm. Apabila tanaman jagung yang digunakan, dilakukan beberapa baris tanam dengan selang waktu tanam satu minggu.
Kelima, sanitasi lingkungan berupa pembersihan dan pemusnahan tanaman inang dan tanaman yang telah menunjukkan gejala serangan.
Keenam, pemasangan likat kuning (perangkap serangga berwarna kuning yang sudah diberi perekat). Likat kuning dipasang di areal pertanaman dengan tiang pancang setinggi + 50 cm (sedikit di atas tajuk tanaman) sebanyak 40 buah/hektar.
Ketujuh, pemanfaatan PGPR (Plant Growth Promoting Rhyzobacteria) yaitu merendam benih yang akan disemai dengan larutan PGPR selama 6–12 jam dengan konsentrasi larutan 20 ml/liter air. Pemanfaatan PGPR dapat juga dilakukan dengan cara dilakukan penyiraman larutan PGPR setiap satu minggu sekali.
Kedelapan, apabila dimungkinkan dapat disemprotkan larutan cairan daun bayam duri atau daun bunga pagoda atau daun nimba untuk menginduksi ketahanan tanaman.



Dampak Penyuluhan Partisipatif


DAMPAK PELATIHAN MP3 untuk KINERJA PENYULUH,     PETANI dan LEMBAGA PENYULUHAN


     Dalam rangka menghasilkan sumberdaya manusia pertanian yang tangguh dan profesional, kreatif, inovatif, kredibel dan berwawasan global, dilakukan strategi pertama, di bidang pelatihan pertanian, antara lain pengembangan pola, system dan metode pelatihan, kedua pengembangan jejaring kerjasama pelatihan pertanian, sedangkan strategi di bidang penyuluhan pertanian salah satunya adalah, pemberdayaan Balai Penyuluhan Pertanian sebagai homebase dan basis pengembangan profesionalisme penyuluh pertanian, peningkatan kualitas dan kuantitas penyuluh pertanian.


     Sejak tahun 2004 Badan pengembangan SDM Pertanian mengembangkan pelatihan metodologi penyuluhan pertanian partisipatif yang lebih dikenal dengan pelatihan MP3. Pelatihan MP3 merupakan salah satu upaya pengembangan penyelenggaraan Diklat yang ingin menghasilkan seorang Penyuluh Pertanian yang dalam melaksanakan tugasnya selalu memanfaatkan teknologi yang akrab dengan petani dan lingkungannya.

    Diklat MP3 telah dilaksanakan di Propinsi, yang diawali dengan sosialisasi di tingkat kabupaten dengan mengundang unsur dari pemerintah daerah, pejabat dinas/instansi lingkup terkait, stake holder, petani dan calon peserta di masing-masing kabupaten secara partisipatif, dengan mendapat respon yang sangat baik, diantaranya adalah adanya sharing dalam pembiayaan antara pemerintah daerah dengan Badan Pengembangan SDM Pertanian (Balai pelaksana pelatihan).

    Hasil evaluasi yang dilaksanakan kepada purnawidya (alumni) pelatihan, para penyuluh pertanian telah menyusun dan menerapkan materi dalam kegiatan penyuluhan pertanian sesuai dengan Rencana Kerja Penyuluhan Pertanian (RKPP), adapun materi yang dihasilkan dan diterapkan dalam kegiatan penyuluhan pertanian sebanyak 370 materi teknologi spesifik lokalita kepada 2.165 orang petani.

    Follow up dari kegiatan ini para penyuluh pertanian telah melakukan sosialisasi kepada 279 penyuluh lain yang tidak mengikuti pelatihan MP3 serta tergali dan tersusun 355 informasi (aspek khas) dari 355 petani oleh 68 penyuluh.

    Manfaat yang dirasakan oleh penyuluh pertanian, petani, kelompok tani serta lembaga penyuluhan adalah sebagai berikut:

Manfaat Bagi Penyuluh : adalah meningkatnya profesionalisme dalam melaksanakan tugas penyuluhan, memahami dan menguasai metodologi partisipatif
menambah kreatifitas dalam memperoleh materi, menyusun dan menyajikannya bertambahnya alat dan media kelengkapan penyuluhan pertanian meningkatnya kemampuan komunikasi

Manfaat bagi petani dan Kelompok tani : meningkatnya pengetahuan dan kemajuan dalam penguasaan teknologi, meningkatnya kreatifitas petani dalam mengenal potensi diri dan lingkungan, bangga bahwa teknologinya bermanfaat bagi lingkungan masyarakatnya, mampu menyusun perencanaan dan penerapan teknologi, meningkatnya nilai tambah usahatani, meningkatkan kemitraan, meningkatnya kemandirian petani dan kelompok tani memperluas jejaring komunikasi dan jejaring pemasaran antar petani.

Minggu, 27 Mei 2012

EfektifitasPemupukan pada Sayuran


EFEKTIVITAS PEMUPUKAN Pada Tanaman Sayuran

 

  Efektivitas pemupukan sangat tergantung pada saat pupuk diberikan. Pemberian pupuk pada saat yang tidak tepat hanya merupakan pemborosan sebab pupuk akan terbuang percuma atau tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman pada saat itu.
Ada dua hal yang berpengaruh terhadap efektivitas pemupukan, yaitu kondisi cuaca dan kondisi fase tanaman.

1
.Kondisi cuaca
  Kondisi cuaca adalah factor yang menentukan keberhasilan suatu aplikasi pemupukan. Hal utama yang perlu diperhitungkan adalah jangan sekali-kali melakukan pemupukan pada saat hari akan hujan, baik itu berupa pupuk akar ataupun pupuk daun. Pupuk akar yang diberikan ketika hari akan hujan menyebabkan pupuk tersebut terbawa air hujan. Begitu juga pupuk daun yang diberikan menjelang hujan akan hanyut oleh air hujan sebelum pupuk terserap oleh tanaman.

  Aplikasi pemupukan juga hendaknya memperhitungkan sinar matahari. Pada saat siang terik, pupuk akar yang mudah menguap, seperti urea, tidak akan sempat diserap oleh tanaman. Begitu juga pupuk yang diaplikasikan lewat daun. Pelarut atau air akan cepat menguap bila terkena sinar matahari terik. Selain itu, mulut daun pada saat matahari terik akan menutup sehingga keberhasilan pemupukan pada saat matahari terik semakin kecil. Oleh karena itu pemupukan sebaiknya dilakukan sebelum atau sesudah matahari terik. Pemupukan yang baik dilakukan sebelum pukul 09.00 atau sesudah pukul 15.00 sore. Diluar waktu itu, pemupukan dapat dilakukan bila tanaman berada dibawah naungan yang tidak memungkinkan adanya sinar matahari terik atau didaerah dataran tinggi yang sinar mataharinya tidak terik. Apabila cucaca tidak panas, pemupukan dapat dilakukan kapan saja.
2.Kondisi fase tanaman
  Perkembangan tanaman dibagi atas dua yaitu fase vegetative dan generative. Pada fase vegetative ,tanaman akan membentuk daun dan pucuk-pucuk tanaman muda, sedangkan pada fase generative tanaman membentuk bunga, buah dan umbi.Pemupukan pada fase yg tidak tepat bukan hanya berarti pemborosan, tetapi kadang dapat meracuni tanaman sehingga pertumbuhannya tidak bagus. Pada tanaman sayuran daun daun tentunya yang kan dipanen adalah daunnya, maka pembentukan bunga dan buah harus duicegah atau dihambat. Caranya adalah dengan memberi pupuk yang mengandung nitrogen ( N) tinggi secara terus menerus.

Apabila hasil yang diinginkan adalah buah, bunga dan umbi maka pemberian pupuk yang mengandung unsure N tinggi harus dibatasi sampai waktu tertentu. Pemberian pupuk tersebut dihentikan ketika tanaman memasuki fase generative, yaitu fase yang ditandai dengan memendeknya pertumbuhan ranting dan ruas, memendeknya jarak antar daun pada pucuk tanaman, pertumbuhan pucuk terhenti, dan batang mulai terlihat membesar. Kadang kadang fase generative ditandai pula dengan munculnya kuncup bunga pertama. Pada saat itu, pupuk mulai diganti dengan pupuk yang mengandung unsure P tinggi untuk merangsang dan memperkuat pertumbuhan bunga dan buah.

Apabila sayuran yang diambil adalah umbinya maka pada saat fase vegetative berhenti, pemberian pupuk yang mengandung unsure K tinggi perlu ditingkatkan.

Khusus untuk pemberian pupuk P yang dilakukan lewat daun dengan cara penyemprotan, pemberian pupuk itu harus dihentikan pada saat bunga yang sedang mekar atau saat buah pentil. Pemupukan dilanjutkan kembali bila ukuran buah cukup besar. Untuk gantinya, pupuk dapat diberikan melalui akar dengan cara menyiram larutan pupuk kedalam tanah.

Satu hal yang harus diperhatikan dalam pemberian pupuk adalagh frekwensi dan dosis yang diberikan harus sesuai dengan aturan atau rekomendasi yang diberikan pada label atau perhitungan yang disesuaikan dengan kondisi tanah.

Pestisida dan Ancamannya


Pestisida dan Ancamannya Bagi Kesehatan

   Kita adalah representasi dari apa yang kita makan. Semua bahan yang dikonsumsi akan membentuk sel-sel tubuh kita. Jadi, sehat tidaknya tubuh sangat ditentukan kualitas makanan yang masuk. Lantas bagaimana jika makanan yang masuk mengandung residu pestisida? Ya, otomatis residu pestisida itu akan tersimpan dalam jaringan tubuh kita.
Pernahkah terpikir, bayam hijau segar atau tomat merah ranum yang Anda konsumsi sebenarnya mengandung residu pestisida? Studi Pesticide Action Network Inggris di sejumlah negara maju di Eropa tahun 2006 (Your Daily Poison: The Second UK Pesticide Exposure Report) menunjukkan, produk-produk pertanian yang dijual di pasar negara-negara tersebut mengandung residu pestisida dalam jumlah yang signifikan. Ini terjadi di negara maju yang standar pengawasan keselamatan konsumennya cukup ketat. Bagaimana dengan kita di Indonesia yang bisa dibilang tidak memiliki standar pengawasan keselamatan konsumen yang jelas? Rasanya hidup bebas tanpa pestisida bagi kebanyakan masyarakat cukup sulit, bila tak mau dibilang mustahil.

   Petani biasa menyemprotkan pestisida saat budi daya dan sekali lagi menjelang panen agar tanaman sayur dan buah tetap berkualitas baik sampai di pasar. Bila intensitas penyemprotan tinggi, pestisida yang melekat pada tanaman biasanya meninggalkan residu cukup besar. Berdasarkan racunnya, pestisida dibagi dua, yaitu sistemik (contohnya Dimicron dan Tamaron) dan nonsistemik (contohnya Dithane). Pada jenis sistemik, pestisida yang disemprotkan meresap ke seluruh bagian tanaman, termasuk daun, akar, dan buah. Sedangkan pada nonsistemik, racun hanya ada di permukaan, tidak terserap. Menghilangkan residu pestisida nonsistemik bisa dengan mencucinya di air mengalir, walau tidak dijamin hilang 100 persen. Sementara residu pestisida sistemik, sulit dihilangkan dan akan tertimbun dalam tubuh konsumen. Ini semua terjadi karena residu pestisida bisa dipindahkan dari satu makhluk hidup ke makhluk hidup lain. Residu pestisida di dalam tanaman akan berpindah ke dalam jaringan daging hewan yang memakannya. Jika hewan ini dikonsumsi manusia, residu pestisida tadi akan masuk ke dalam tubuh manusia. Celakanya lagi, residu pestisida, tidak mudah terurai dan dikeluarkan dari tubuh. Bahkan menurut PAN UK dalam bukletnya Pesticide on A Plate (2007), dalam tubuh tiap orang di dunia saat ini bisa ditemukan jejak-jejak DDT!

Jaringan tubuh yang tercemar residu pestisida akan terganggu kesehatannya karena bahan kimia penyusun pestisida adalah racun yang keras. Memang secara umum, efeknya tak terlihat seketika, melainkan butuh waktu lama, bahkan bisa bertahun-tahun. Dalam jangka panjang, ketika sudah mencapai ambang batas tertentu, akumulasi racun ini bisa membuat sel tubuh melemah, mudah rusak, bahkan mengalami mutasi. Timbullah gangguan otak, tumor, kanker, bahkan pada ibu hamil bisa mengakibatkan bayi lahir cacat. Bila pestisida yang tertimbun dalam tubuh berbahan dasar logam berat, bisa mengganggu sistem saraf. Banyaknya bayi lahir dengan berbagai kelainan, seperti autis dan kembar siam, disinyalir juga disebabkan timbunan residu pestisida di dalam tubuh ibunya semasa hamil (www.panna.org/resource/autism and pesticide, 2007), yang berpindah ke janin melalui plasenta. Inilah mengapa, pendekatan PHT adalah metode pengendalian hama-penyakit yang jauh lebih baik dari penggunaan pestisida.



Selasa, 22 Mei 2012

PUAP

Budidaya Jagung yang bersumber dari Dana BLM Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan ( PUAP )
Milik Saudara T.Iskandar di Gampong Balohan Kota Sabang

Tehnik Mencampur Pestisida



Memang belum ada petunjuk ataupun panduan yang memberikan wawasan bagaimana tehnik mencampur pestisida yang tepat. Oleh karena itu masih banyak petani yang melakukan pencampuran pestisida secara sembarangan tetapi ada juga petani yang tidak berani sama sekali mencampur pestisida karena takut pestisida yang dicampur tersebut akan bereaksi tidak menguntungkan bagi tanaman. Oleh karena itu kami memberanikan diri memberikan sedikit tips bagaimana tehnik mencampur pestisida yang tepat.
Artikel ini bukan berdasarkan referensi suatu buku melainkan hanyalah berdasarkan pengalaman kami dilapangan.
Menurut kami ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam tehnik mencampur pestisida yang tepat:
  1. Janganlah mencampur pestisida langsung dalam tangki sprayer (hal ini seringkali kami temui dilapangan),  sebaiknya lakukan pencampuran pestisida dalam wadah plastik terlebih dahulu (ember). Setelah tercampur dalam ember baru masukkan dalam dalam tangki sprayer.
  2. Jangan mencampur pestisida langsung dalam kaleng/ kemasannya tanpa mengencerkannya terlebih dahulu dengan air. (peristiwa ini juga sering kami jumpai pada petani yang ingin serba praktis, atau terkadang merahasiakan pemakaian pestisidanya)
  3. Jangan mencampur 2 pestisisida atau lebih dalam satu golongan, sebagai contoh: Piretroid sintetik dengan piretroid sintetik atau karbamat dengan karbamat.
  4. Jangan mencampur 2 pestisida atau lebih yang mempunyai cara kerja sama, sebagai contoh: Racun pernafasan dengan racun pernafasan, kontak dengan kontak atau sistemik dengan sistemik.
  5. Kalau ingin mencampur pestisida sebaiknya lakukan pencampuran pestisida yang bersifat kontak dengan pestisida yang bersifat sistemik. Jika ingin mengendalikan penyakit pada suatu tanaman dan terpaksa harus mencampur fungisidanya pilih yang bersifat kontak dan yang bersifat sistemik. Fungisida kontak biasanya bersepektrum luas dan biasanya hanya bersifat mencegah/ melindungi atau protektif  karena fungisida ini multisite inhibitor sedang fungisida sistemik biasanya bersepektrum sempit dan bersifat eradikatif atau mengobati karena fungisida ini mempunyai cara kerja monosite inhibitor.
  6. Urutkan mencampur pestisida sesuai dengan formulasinya.  Menurut pengalaman  dalam melakukan pencampuran pestisida mulailah dengan pestisida yang berformulasi WDG, WP ataupun yang berbentuk tepung yang lain aduk hingga larut. Yang kedua baru masukkan PPC atau pupuk daun jika menggunakan pupuk daun dan aduk dulu sampai campur. Langkah yang ketiga masukkan pestisida yang berformulasi SL, WSC, SC dll lalu aduk sampai larut. Yang keempat masukkan pestisida yang berformulasi EC dan terakhir baru masukka perekat, perata, penembus dll.
  7. Perhatian!! Setelah anda mencampur pestisida seperti urutan no 5 diatas ada hal lain yang perlu diperhatikan.  Jangan menggunakan campuran pestisisida yang larutannya menggumpal dan atau mengendap. Berdasarkan pengalaman biasanya campuran pestisida yang mengendap atau menggumpal jika diaplikasi ke tanaman akan bisa merusak tanaman atau terkadang tidak berfungsi sama sekali.
  8. Ada tips tambahan yang perlu diketahui yaitu bahwa pencampuran insektisida golongan piretroid sintetik dengan insektisida golongan organophospat akan meningkatkan efikasinya, ibaratnya 1 + 1 = 3. Tapi jangan mencampur insektisida golongan organophospat dengan golongan karbamat karena akan menurunkan efikasinya ( 1 + 1 = 1).